Adzkia Islamic School

Foto saya
Ciputat Tengerang, Banten, Indonesia
Sekolah Khusus bagi adik-adik dengan keterbatasan ekonomi dan memiliki komitmen kuat untuk mengembangkan diri ke arah manusia dewasa yang mewujudkan tujuan pendidikan nasional berdasarkan UU Sisdiknas 20/2003

Kamis, Mei 14, 2009

Santri Menulis

“Syah bangun!”

Suara itu taka sing lagi bagiku, sayup-sayup terdengar di tengah deru angin dingin yang menerpa mukaku. Derunya bagai music yang meninabobokanku. Ah indahnya….

“Syah bangun! Jangan tidur” suara itu lagi. Tetapi kali ini lebih keras di sertai guncangan keras pula. Aku tersenttak kaget, sesaat dengan mata yang agak tertutup aku kebingungan. Ada apaya? Oh… ternyata itu suara ayahku yang sedang mengemudikan motornya.

Itu adalah sedikkt gambara ketika kau berangkat ke sekolah di pagi hari. Karena jarak rumah ke sekolah sangat jauh jadi, aku haru sbangun pagi, jam 4.00 pagi. Kemudian aku mandi, mencucui piring dan membantu pekerjaan lain orang tuaku. Memang berat rasanya untuk bangun pagi. Belum lagi ummiku marah-marah karena aku selalu lupa untuk mempersiapkan keperluan sekolah. Tapi itu sudah menjadi bagian yang menghiasi pagi hariku. Selesai sarapan jam 5.50 WIB aku berangkat ke sekolah. Setiap hari aku diantar jemput oleh ayah.

Pekerjaan ayah adalah berdagang di sekolah swasta menggantikan ummi. Setelah jam 14.30 ayah menjemputku ke sekolah. Setelah tiba di rumah aku, ayah, ummi dan adikku istirahat sejenak. Kemudian bekerjasama untuk mempersiapkan berdagang nasi goreng nanti malam. Ayah dan ummi berdagang nasi gorenga sampai puul 22.00 setiap harinya.

Sekolah disini menyenangkan. Alhamdulillah saya bisa sekolah di sini. Guru-guru di AIS menyenangkan. Apalagi cara mengajarnya, yatu belajar sambil bermain. Intinya belajar mengasyikkkan dan tidak jenuh. Tapi tiba-tiba setelah lokasi sekolah pindah dari Khosyiun para guru berubah. Padahal dulu membuatku nyaman. Ketika di serua, gedung sekolah baru, 5 Saya mulai luntur alias jutek. Terus ngajarnya nggak asyik lagi. Semua inikan berhubungan dengan kegiatan belajar. Kita semua sebagai murid, khususnya aku berharap akang tetehnya kembali seperti dulu.

Harapanku agar asramanya segera dibangun, sehingga terutama ayahku tidak lagi antar jemput Karawaci – Sarua, karena jaraknya sangat jauh. Bayangin aja ak uku yang hanya belajar dan duduk begitu lelah, apalagi Ayah yang setiap hari antar jemput sejauh 27 Km pergi pulang. Apalagi harus berdagang malam harinya. 27 Km adalah jarak rumahku ke AIS Serua. Jika mengendarai angkot, aku harus mengeluarkan uang sebesar 20.000 per hari, jadi butuh 40.000 dengan adikku. Andai saja asrama sudah dibangun pasti akan sangat membantu meringankan keuangan orangtuaku. Ayahku harus menempuh 112 Km setiap harinya.

Cukup berat memang bagi pedagang es di sekolah swasta dekat rumah dengan penghasilan rata-rata 30.000 per hari, itupun jika tidak libur.

“Ya Allah cepatlah kabulkan harapan kami. Berik aku asrama. Agar aku tidak lagi ketiduran di atas motor.”

1 komentar:

  1. assalamu alaikum
    o.. asramanya belum jadi ya ..setahun yang lalu saya pegi kesana baru masjid dan ruang sekolah yang sudah siap dipakai. semoga segera selesai ya pembangunannya. Juga semoga 'kelelahan adik Syah dan ayahnya mendapat balasan yang lebih baik dari Allah.

    BalasHapus